Sabtu, 01 Juni 2013
0 komentar

Cerita murid SD harus hafal 36 butir Pancasila zaman Soeharto

14.47
Cerita murid SD harus hafal 36 butir Pancasila zaman Soeharto  

Cerita murid SD harus hafal 36 butir Pancasila zaman Soeharto - Pancasila, sebagai dasar filsafat negara dan pandangan hidup bangsa, dibuat dengan tujuan awal sebagai acuan para penyelenggara dan warga negara dalam melaksanakan aktivitas kehidupan.

Pada masa orde baru, melalui aturan Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1973, kurikulum pendidikan diwajibkan berisikan Pendidikan Moral Pancasila menjadi pokok bahasan. Selama masa orde baru dulu, Pancasila secara masif ditanamkan pada setiap siswa dalam mata pelajaran yakni Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dan pada 1994 berubah menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).

Pendidikan, sebagai instrumen pembentukan karakter warga negara, melakukan standarisasi karakter warga negara. Caranya, dengan memasukkan tafsir Pancasila menurut P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Pancasila direduksi menjadi 36 butir tafsir pengamalan nilai-nilai Pancasila.

Pada masa orde baru, murid-murid sekolah harus menghafal 36 butir pancasila. Menghafal dalam pendidikan bisa dibilang cukup sulit. Apalagi dengan keharusan menghafal 36 kalimat yang tergolong banyak.

Ini dialami oleh seorang pegawai swasta Wisnu (28). Dia menuturkan, pada masa dirinya berada di sekolah dasar (SD), harus rela menghabiskan waktunya siang hingga malam untuk menghafal ke 36 butir Pancasila ini. Pasalnya, ada hukuman dari guru menunggu jika seorang siswa tidak mengingatnya.

"Kalau tidak hafal ya disetrap (hukum) berdiri di depan kelas," ujarnya.

Bahkan dirinya harus rela merogoh kocek sekitar Rp 30 ribu, untuk membeli sebuah buku berisi butir-butir Pancasila. "Kalau sekarang sih sudah mudah dan murah karena perkembangan internet," ungkapnya.

Menurutnya, menghafal 36 kalimat berurutan sangat sulit sehingga tidak jarang membuat urutan butir Pancasila tertukar. "Ini kalau salah bikin susah juga. Apalagi suka keluar saat ulangan," tuturnya.

Namun, pria asal Klaten ini menilai di balik kesusahan dirinya menghafal terdapat manfaat dari pendidikan Pancasila. Dia merasa Pancasila baik untuk ditanamkan sedari kecil di tiap pribadi warga Indonesia.

Sebab, dalam butir-butir Pancasila itu mengandung nilai kehidupan antara lain moral, agama sampai kemanusiaan. Tujuannya jelas, agar tiap warga negara dapat mempraktekkannya dalam kehidupan bersosial.

"Serta tentunya bisa berkontribusi membawa Indonesia menjadi lebih baik," ucapnya.

Senada dengannya, Arbi (28) mengungkapkan bahwa butir-butir Pancasila ini bahkan masih ditemuinya hingga bangku perguruan tinggi. "Stress juga. Masa sampai kuliah masih harus ngapalin pelajaran anak SD," ucap bapak satu anak ini.

Kesamaan keduanya ialah dari cara pandang tujuan Pancasila ini diajarkan. Adanya Pancasila menurutnya memberi nilai positif dalam kehidupan bernegara.

Nilai-nilai pancasila akan menumbuhkan rasa kecintaan pada negara. "Negara membutuhkan orang-orang yang nasionalis. Kalau tidak bisa bubar negara ini," jelasnya.

Dari hasil pengamatannya, saat ini Pancasila sudah mulai dilupakan dan tidak sama seperti zaman dulu sewaktu orde baru. Pancasila semakin marjinal dalam kehidupan kebangsaan dewasa ini.

"Anak zaman sekarang mungkin sudah tidak ingat butir-butir Pancasila, bahkan mungkin Pancasila itu sendiri," tuturnya.

sumber : http://www.merdeka.com/peristiwa/cerita-murid-sd-harus-hafal-36-butir-pancasila-zaman-soeharto.html

Tags  #Aktual

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar disini...
Komentar yang mengandung SPAM atau yang kontennya berbau SARA serta PORNOGRAFI akan dihapus oleh admin.
Terima Kasih

 
Toggle Footer
Top